Searching...
Tuesday 14 May 2013

Membatasi Subsidi, Voucher BBM jadi Solusikah ?

Rencana pemerintah untuk mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) terus menjadi polemik. Wacana terakhir yang berkembang adalah opsi untuk menjual BBM dengan dua harga berbeda, di mana bensin premium dengan harga saat ini (Rp 4.500/liter) nantinya hanya boleh dijual kepada angkutan umum dan kendaraan roda dua, sementara kendaraan pribadi roda empat membeli bensin premium dengan harga yang lebih tinggi.

Opsi ini pun tak lepas dari pro dan kontra. Sebagian kalangan menilai kebijakan dua harga adalah pilihan yang paling realistis untuk saat ini, namun tak sedikit pula yang menilai kebijakan ini tidak akan efektif mengurangi beban subsidi pemerintah, sebaliknya justru berpotensi menyuburkan praktik penimbunan dan penyelundupan.

Terlepas dari polemik yang mengemuka saat ini, sebenarnya ada inovasi teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk menyiasati berbagai persoalan yang muncul terkait kebijakan subsidi BBM, yakni melalui penggunaan kupon atau voucher BBM. Di negara-negara maju pembelian BBM dengan voucher sudah lama dipraktikkan, sayangnya di Indonesia pemanfaatannya masih terbatas dan belum dikenal luas oleh masyarakat.

Pengusaha muda asal Pontianak, Billy Arman, adalah orang yang pertama kali mengenalkan penggunaan voucher BBM ini di Indonesia. Billy menjelaskan bahwa voucher BBM sangat potensial untuk dikembangkan karena fungsi dan manfaatnya yang beragam.

Pihak perusahaan atau pemilik brand dapat memanfaatkan voucher ini sebagai sarana promosi usaha. Instansi pemerintah dan swasta juga dapat memanfaatkan penggunaan voucher untuk mengontrol dan mengefisienkan anggaran pengeluaran transportasi mereka. “Sangat efektif untuk instansi. Apalagi sekarang Pemerintah berencana menaikkan harga BBM,” ujar Billy yang juga merupakan kader Partai Demokrat ini.

Saat ditanya mengenai risiko pemalsuan dan penyalahgunaan voucher BBM, Billy menjawab bahwa kuncinya ada di aspek keamanan dan pemberian kode di lembaran voucher. “Produk voucher BBM yang kami terbitkan memiliki pengamanan berlapis-lapis, standar keamanannya pun lebih tinggi dibandingkan pencetakan uang. Sangat sulit dipalsukan” kata Billy dengan meyakinkan. Voucher ini juga sangat sulit disalahgunakan, karena dilengkapi dengan warna, kode, logo dan keterangan tertentu yang berfungsi untuk mengatur periode penggunaan, volume pembelian, lokasi pembelian dan siapa yang berhak menggunakan. Dengan itu mekanisme distribusi BBM melalui voucher menjadi sangat terukur dan terkelola dengan baik.

Ide Billy Arman menerbitkan voucher BBM ini pun mendapat respon positif dari Pertamina. Sejak 2004 Pertamina memberikan kepercayaan kepadanya untuk mengelola pendistribusian sistem voucher BBM ini. “Saya satu-satunya orang yang mendapatkan kepercayaan Pertamina untuk membuat outlet voucher di Jakarta,” ujarnya. Saat ini ia telah menggandeng berbagai instansi pemerintah, operator seluler, perusahaan dan brand terkemuka hingga perseorangan. Voucher BBM yang diproduksinya bahkan pernah pula digunakan sebagai souvenir resepsi pernikahan. Saat ini voucher yang diproduksinya dapat digunakan di 820 SPBU di Indonesia, yang tersebar dari Medan hingga Manado.

Berangkat dari pengalaman itu, Billy Arman berharap inovasi voucher BBM ini dapat diterapkan untuk kepentingan publik yang lebih luas, yakni mendukung kontrol dan pengawasan distribusi BBM bersubsidi. “Sistem voucher BBM ini akan efektif untuk subsidi BBM,” ujarnya.

Dengan mekanisme voucher ini dimungkinkan pula mekanisme pembagian beban subsidi secara kolektif antara pemerintah pusat dan daerah, jika pemerintah daerah memiliki anggaran yang cukup untuk itu. Jika misalnya, akibat kenaikan harga BBM secara nasional menyebabkan masyarakat dan perekonomian di suatu daerah menerima imbas yang jauh lebih berat dibandingkan daerah lain, maka pemerintah daerah setempat dapat memberikan subsidi secara lokal melalui mekanisme voucher secara terukur tanpa khawatir akan risiko penyalahgunaan. 

[[sumber]]

0 comments:

Post a Comment